Sepakbola selalu menyisakan rivalitas yang ber-aneka ragam. Semua rivalitas berujung pada hal negatif. Mulai dari vandalisme hingga pertarungan fisik antar sesama supporter yang memiliki rivalitas tinggi.
Baru-baru ini, gelaran piala Presiden yang di partai penhujungnya mempertemukan Persebaya Surabaya dan Arema FC menyisakan rentetan peristiwa yang menyesakan dada. Dalam perebutan juara Arema FC berhasil meraih piala itu untuk kali kedua sejak 2017 raihan pertama mereka.
Namun, dalam perjalanan menuju final, tensi antara Aremania dan Bonek memanas di segala timeline linimasa. Rivalitas tidak hanya sebatas 90 menit, melainkan selamanya, kapan saja, dan dimana saja. Beredar luas video razia yang dilakukan oleh Aremania saat akan digelarnya final leg kedua di stadion Kanjuruhan (12/4/2019).
Aremania me-razia stasiun, terminal bus, dan kendaraan ber plat L dan W. Mereka seakan tak ingin ada supporter persebaya menembus Malang. Tak ayal, beberapa warga surabaya yang melintas disana menjadi sasaran vandalisme mereka. Mereka merusak sedapatnya pada segala yang beridentitaskan surabaya dan sekitarnya.
Atas kejadian tersebut, tentu menjadikan kekhawatiran warga umum yang berasal dari Malang dan sekitarnya, tak hanya pada warga Malang dan plat N saja, plat B Jabodetabek pun tak luput dari perhatian bonek. Bonek tidak membalas apa yang telah dilakukan oleh oknum Aremania yang vandal tadi, bonek melakukan aksi simpatik dengan membagi bunga bagi pengendara dengan plat N dan B yang melintas di Surabaya.
Acara aksi simpatik ini digelar di bilangan Mayjen Sungkono (20/4/2019) dimulai jam 16.00 hingga selesai . Beberapa komunitas bonek yang terangkum dalam tribun kidul ini terlihat penuh kasih dan senyum membagikan bunga-bunga pada pengendara. Ada pesan tersirat di aksi ini, bahwa rivalitas itu 90 menit di lapangan, bukan merebak di luar stadion dengan membabi buta.
Harapan bersama, semoga aksi ini menjadi pertanda bahwa tensi rivalitas harus terus menerus di sikapi dengan dewasa. Warga umum tidak semuanya Aremania atau Bonek. Surabaya sebagai kota terbesar kedua di Indonesia telah mampu menunjukan keramahan warga dan bonek nya. Kota heterogen ini menjadi tempat berkumpulnya seluruh warga dari mana saja, termasuk Malang. Mereka bekerja, usaha, dan sekolah di surabaya, sudah seharusnya menjadi tauladan daerah lain untuk tidak membawa rivalitas hingga keluar lapangan.