Tak ada satu pun orang yang seharusnya kehilangan nyawa atau kerabat dalam sebuah pertandingan sepakbola,” kata Steven Gerrard tentang tragedi Hillsborough dalam buku otobiografi yang ditulisnya bersama Henry Winter dan Paul Joyce, jurnalis Daily Telegraph. Ya, tak sebanding dengan apapun. Meski Bill Shankly puluhan tahun yang lalu pernah mengungkapkan bahwa Sepakbola lebih dari sekadar urusan hidup dan mati, tapi tetap saja kehilangan sebuah nyawa bahkan lebih untuk sepakbola tak pernah sebanding dengan apapun.
Sementara itu, seorang bonek memberikan video statement yang viral di facebook tentang apa dan bagaimana kejadian mencekam yang terjadi di Solo beberapa hari yang lalu, yang pada akhirnya merenggut nyawa seorang bonek asal Waru bernama Micko Pratama dan membuat luka parah beberapa bonek lainnya. Dalam video tersebut ia mengungkapkan penyesalannya. Tentang bagaimana tak sebandingnya sebuah nyawa yang hilang dalam sepakbola. ” …Nek ilang nyowo koyok ngene iki nang ndi tukune, cak?” katanya waktu itu.
*
Kematian, apapun bentuknya tak layak untuk ditertawakan. Selain untuk dikenang, kematian, juga sarana untuk memberikan respek antar satu dan yang lainnya. Seperti Sir Alex Ferguson yang memberikan pernyataan tentang Tragedi Hillsborough dalam buku otobiografinya yang ditulis bersama jurnalis Paul Hayward.
“Rivalitas kami dengan Liverpool sangat intens. Selalu. Tetapi, dibalik permusuhan itu ada rasa saling menghormati… Apapun permintaan Liverpool untuk peringatan (Tragedi Hillsborough) itu kami kabulkan, dan kami mengapresiasi usaha mereka.”
“Saya jelaskan kepada para pemain saya hari itu–jangan ada perayaan gol yang provokatif, dan kalau melanggar pemain Liverpool, bantu dia berdiri…Sebelum tendangan pembuka, Bobby Charlton (legenda Manchester United) membawa karangan bunga yang dia berikan kepada Ian Rush, yang meletakkannya di monumen peringatan Hillsborough dekat Gerbang Shankly.”
Sementara bagi pemain dan suporter Liverpool Football Club, tragedi itu memberikan spirit dan ikatan emosional mendalam. “Ketika kami hening pada pukul 13.36 hari ini, pikiran dan doa kami akan bersama 96 suporter yang menyaksikan kami dari langit. Mereka sumber inspirasi kami,” kata Brendan Rodgers, manajer Liverpool, usai mengalahkan Manchester City 3-2 di Stadion Anfield, Minggu (13/4/2014).
Black Sunday dan pita hitam untuk Micko
Beberapa Bonek menyarankan agar pertandingan Persebaya lawan Sriwijaya Fc esok minggu digunakan para suporter (khususnya Bonek) untuk memakai atribut Hitam. Sebagai penanda sedang berduka. Cak Budi Tulus, salah seorang Bonek Jogja, menuliskannya di status twitternya :
Laga home berikutnya, semua masyarakat sepakboLa Surabaya baik datang ke GBT maupun yg tidak saya sarankan menggunakan kaos hitam, demikian juga pemain Persebaya saya sarankan menggunakan jersey warna hitam juga #BonekBerduka
— #GAK90YANG (@bonekboys) 14 April 2018
Sementara Oryza Ardyansah penulis buku Imagined Persebaya menuliskan lebih detailnya dalam cuitannya di twitter :
“
Minggu besok adalah Black Sunday di GBT… Hitamkan GBT, dan mari kita senyapkan stadion selama satu menit (one minute silence).
Selanjutnya pada menit 17, mari bertepuk tangan meriah selama satu menit untuk merayakan HUT Micko, sembari berteriak: Salam Satu Nyali… WANI!
— oryza ardyansyah wirawan (@oryza_wirawan) 17 April 2018
Selanjutnya pada menit 17, mari bertepuk tangan meriah selama satu menit untuk merayakan HUT Micko, sembari berteriak: Salam Satu Nyali… WANI!”
Dari status dan cuitan oleh para bonek tersebut ternyata mendapat sambutan antusias dan positif dari bonek lainnya. Usul yang cukup bagus, menimbang banyak klub lain di luar negri juga melakukan hal serupa untuk menghormati sebuah kematian. Liverpool misalnya.
Manajemen Persebaya bisa merespon hal ini dengan mengakomodir keinginan bonek tersebut. Besok minggu, manajeman dapat memilihkan para punggawa Persebaya agar memakai Jersey ke tiga yang beraksen hitam (walau bermain di kandang) atau kalau tak memungkinkan, maka, pita hitam di lengan para pemain serta kesempatan untuk one minute silence sebelum pertandingan yang diumumkan announcer Pertandingan, akan menjadi penghormatan yang manis untuk Almarhum Micko. Tentunya, sebelum itu Manajemen mengundang Orangtua Micko untuk menyaksikan ke stadion untuk melihat betapa para Bonek sangat menghormati seorang Micko. Walau tak mengenal secara pribadi, tapi para bonek ini meyakini satu hal : “Podo boneke, podo dulure. Seduluran saklawase.”
Micko, dan beberapa mendiang Bonek lainnya — yang meninggal saat mendukung Persebaya — tak akan kembali bersama kita untuk menyaksikan Persebaya di stadion Gelora Bung Tomo atau saat away ke kota-kota seluruh Indonesia. Tapi kematian mereka akan selalu jadi pengingat yang baik untuk kita yang masih hidup, bahwa tak seharusnya ada nyawa yang terenggut percuma saat menyaksikan Persebaya. Mari bersama-sama menjaga, semoga tak ada lagi kejadian buruk yang dialami bonek saat mendukung Persebaya nantinya. Salam.
hormat saya
Kukuh Ismoyo