SURABAYA (GF) Persebaya sejak mengarungi kompetisi di kasta tertinggi dalam derasnya teknologi digital semakin banyak menghadirkan kecintaan dari banyak masyarakat. Masyarakat semakin dekat dengan perjalanan tim walau tidak langsung melihat dari stadion maupun televisi, Persebaya dalam genggaman cinta dan kebanggaan bangsa.
Sejak I Gede Denny nekat berangkat ke Surabaya untuk menemui Irfan Jaya dengan sepeda, Mispin asal Banjarnegara yang mengagumi Otavio Dutra, semakin banyak masyarakat yang mencintai klub kebanggaan arek-arek Suroboyo mencari cara untuk bisa dekat dengan idola serta melihat dari dekat Persebaya berlaga.
Sayangnya, kecintaan ini terasa buta dan di luar nalar untuk di raba-raba dalam batas kewajaran. Mereka cenderung nekat dan semangat berlapis lapis untuk dapat melihat Persebaya. Kebanyakan dari mereka adalah anak anak remaja dan berusia pelajar.
Adalah seorang pelajar Sekolah Dasar kelas VI di SD MI Maarif Bumiharjo Magelang. Wahyu Nurhidayat adalah bonek asal Magelang Jawa Tengah yang nekat menuju Surabaya untuk melihat Persebaya melawan Bali United di pekan ke 20 kemarin. Dengan bermodal 120 ribu wahyu berangkat dan tiba di terminal Bungurasih jam 01.20 dinihari (23/9/2019).
Tiba di bungurasih wahyu kehabisan sangu. Ia hanya memiliki uang sebesar 20 ribu. Ia berencana menjual handphone keluaran lama miliknya kepada driver ojek online yang mangkal di warkop dekat terminal. Melihat kondisi wahyu yang terlihat lapar dan kebingungan, driver ojek menghubungi seorang bonek yang ia kenal.
Zidan, seorang bonek bungurasih yang di hubungi driver ojol itu langsung menghubungi kawan komunitasnya. Zidan menghubungi Agung selaku koordinator firm Bonek Sektor Lor yang bermarkas di bilangan Kenjeran Surabaya. Agung dan beberapa kawan lainnya langsung menunggu kedatangan zidan bersama wahyu untuk menampung wahyu saat itu.
Wahyu sementara tinggal di rumah Agung saat itu. Kemudian, Agung menghubungi greenforce.co.id untuk di akomodir keinginannya bertemu Osvaldo Haay dan Capo Ipul. Wahyu memiliki keinginan besar melihat kedua orang penting di Persebaya dan Bonek itu.
Ditanya soal ke-nekat-an itu wahyu menjawab dalam dialek kromo yang santun “saya suka bonek, bonek itu suka seduluran dengan banyak orang” jawab anak yang asli Magelang tersebut. “Kalau Osvaldo saya suka karena hebat, lincah, dan pencetak gol” dengan polosnya ia mengatakan. Wahyu sangat ingin menemui, bahkan ia hafal seluruh chant yang bonek miliki.
Anak desa candi ringinanom, kecamatan tempuran, kabupaten Magelang ini akhirnya berhasil menemui Osvaldo Haay dan Capo Ipul. Saat awak media ini mengupload berita soal wahyu di sebuah warkop di ploso surabaya, Green Nord Media dan kawan-kawan komunitas lainnya saling berkoordinasi dengan Bonek Sektor Lor saat itu.
Siang hari sekitar 13.00 Wahyu di bawa agung dkk ke warkop pitulikur untuk kemudian berangkat bersama menuju Gelora Bung Tomo Surabaya. Setelah berkoordinasi, maka Heri selaku Laneofficer (LO) Wahyu di stadion berhasil membawa Wahyu ke kamar ganti untuk menemui Osvaldo dan pemain lainnya. Osvaldo memberi Wahyu jersey matchworn dengan nama dan nomer Osvaldo Haay.
Tak hanya jersey, wahyu mendapat kehormatan menaiki scafolding capo ipul dan bersama menyanyikan dukungan untuk Persebaya saat itu.
Dalam suasana terpisah, ayah dan ibu wahyu tiba di Gelora Bung Tomo sekitar jam 21.00. Ayahanda wahyu mengucapkan banyak terima kasih kepada bonek yang mengurus anaknya selama di Surabaya. Mereka akan berdoa untuk kejayaan Persebaya dan bonek.