SURABAYA, GREENFORCE – Sejak PSSI menyatakan bahwa Persebaya berhak mengikuti kompetisi sepak bola di bawah naungan federasi pada 8 Januari 2017, klub kebanggaan Bonek se-dunia ini belum dan tidak pernah mencicipi stadion yang menjadi markas mereka sebelumnya; Gelora 10 November.
Persebaya mengalami lika-liku untuk bisa minimal berlatih disana. Terdapat banyak kesulitan Persebaya merasakan aura “angker” stadion yang pernah menjadi saksi Persebaya juara di tahun 1997, ketika di laga pamungkas bajul ijo melumat Macan Kemayoran Persija Jakarta 2-1.
Persebaya tak bisa di pisahkan sepenuhnya dari stadion di bilangan tambaksari Surabaya itu. Meski begitu banyak “halang-rintang” untuk bisa mencicipi stadion yang baru di renovasi dengan APBD kota Surabaya itu, tadi, hari Selasa 27 April jam 15.30 Persebaya seakan kembali ke rumah mereka yang begitu identik dengan green force itu.
Coach Aji santoso, sosok penting yang pernah membawa kejayaan Persebaya menceritakan perasaannya kali pertama sejak menjadi pelatih Persebaya di stadion penuh kenangan itu.
Pelatih persebaya yang juga mantan bek kiri yang membawa persebaya juara di tahun 1997 mengaku sangat senang bisa kembali ke stadion yang pernah membesarkan namanya.
Mantan pemain termahal Indonesia itu mengaku kangen pada aura stadion kebanggaan arek suroboyo itu.
“Kita tahu, ini adalah stadion legenda, stadion ini menjadi kebanggaan warga Surabaya, terutama bonek” kata Aji Santoso bersemangat.
Pasca renovasi, rumput stadion gelora terbilang sangat baik. Aji Santoso merasa sangat puas melihat kualitas rumput tersebut, “ini sangat bagus, anak-anak terlihat antusias dan nyaman” sambung pelatih asal Kepanjen Malang itu.
Berlatih di gelora menjadi memori tak terlupakan bagi pelatih berusia 51 tahun ini. Coach aji mengatakan bahwa terakhir masuk di stadion 10 November pada 2011 saat LPI.
Aji Santoso merasakan stadion legendaris ini begitu lekat dengan Persebaya, “semoga stadion ini menjadi berkah bagi Persebaya” masih kata mantan pelatih PSIM Jogjakarta itu.
“Jujur saya kangen dengan tambaksari ini, ini merupakan memori ketika saya masih bermain, sekarang saya menjadi pelatih Persebaya, ini benar-benar mengulang memori” tandas Aji.
“Banyak sekali kenangan disini, siapapun yang bermain di tambaksari ini sudah keder duluan, karena lapangan dan stadion cukup angker buat lawan, dengan materi pemain yang bagus dan pelatih berkualitas mas (alm) Rusdi Bahalwan, sangat susah bagi lawan untuk dapat poin disini”
“dari pojok sampai pojok wes tak jejeki kabeh, tak kosek’i kabeh, sampek merinding (Dari ujung ke ujung lapangan sudah saya injak dan bersihkan lapangan ini, sampai merinding saya)” tutup Aji Santoso sambil tertawa.
(tr)