
Gegap Gempita penyelenggaraan Celebration Game antara Persebaya Surabaya melawan PSS Sleman, tenyata menyisakan banyak masalah. Masalah paling krusial tentunya adalah kemacetan pada akses menuju Gelora Bung Tomo, Benowo. Banyak Bonek —Dan mungkin bahkan sebagian Fans Sleman—yang akhirnya gagal menonton tim pujaannya secara langsung di Stadion.
Kemacetan yang mengular mulai dari sebelum Benowo ataupun di akses yang dari Romokalisari menuju Gelora Bung Tomo nampaknya tak jua dapat teratasi. Kendati Persebaya telah melakukan pertandingan Home selama semusim penuh di Liga 2, tetapi nampaknya Panpel dan pihak keamanan ternyata masih belum belajar juga dari kesalahan di laga Homecoming saat melawan PSIS Semarang dahulu. Dimana kala itu Pihak keamanan dan Panpel gagal mengantisipasi lonjakan penonton yang antusias melihat Persebaya bertanding secara langsung.
Tidak hanya para Bonek, bahkan Bis Official Persebaya pun sempat terjebak di kemacetan tersebut selama 1,5 jam sebelum akhirnya dapat mencapai GBT tepat waktu. Dan akibat keriuhan ini, tak dapat dielakkan akhirnya muncul banyak keluhan di linimasa sosial media. Andie Peci menuliskan kegelisahannya terhadap kinerja Panpel dan pihak keamanan dalam cuitannya di twitter beberapa saat lalu yang disertai foto tiketnya yang akhirnya tak terpakai.
@Andiepeci
Malam ini pulang ke rumah bersama ribuan Bonek
Banyak perempuan & anak kecil
Walau punya tiket tapi tak bisa masuk area GBT
Apa gunanya rapat Panpel yg ada manajemen, Kepolisian & Pemkot ?
Sementara itu seorang Bonek sekaligus Owner Toko Badjoe Doea Toedjoeh, Kintoko Adjiw juga menuliskan kegeramannya di Facebook, perihal ini dan disertai foto kawan-kawan bonek yang terjebak macet tak bisa masuk ke Gelora Bung Tomo kendati membawa tiket.
“Punya tiket tapi tdk bisa sampe ke stadion karena macet? iyo nek gbt fasilitas ibadah kr toilete mlaku kabeh iso dibelani budal kat isuk..masalah klasik sejak laga homecoming, tapi ya opo dipikir? hehehe”
Karut marut yang banyak terjadi pada laga Celebration Game (terutama sebelum pertandingan) ini layakkah disebut sebagai laga selebrasi, Laga perayaan? Apa yang dirayakan, dan siapa yang merayakan? (Redaksi)