Ribuan Bonek pendukung Persebaya memadati Gedung Grahadi, Kamis 25 November 2021. Pendukung yang dikenal memiliki semangat di sepak bola itu datang dari berbagai penjuru daerah di Jawa timur. Dengan atribut lengkap Bonek dan komunitas mereka, ada cita-cita besar yang mereka sampaikan untuk perbaikan sepak bola tanah air.
Di bawah cuaca mendung dan gerimis, Bonek tak mengendur dalam menyampaikan aspirasi mereka. Andi Peci bersama mobil komando terus berorasi menyampaikan setumpuk masalah yang mendera PSSI yang tak kunjung pulih. Sebelum diadakannya gelaran aksi Bonek kemarin, perwakilan Bonek dan tribun menemui Asprov PSSI Jatim pada tanggal 9 November 2021
Ada 3 yang disampaikan untuk PSSI. Saat itu di dengungkan, PSSI Asprov Jatim bergerak cepat mengakomodir tersebut, namun apa yang telah dijawab oleh PSSI tidak terlaksana di lapangan.
- Hukum Tegas Wasit Mustafa Umarella
Beredar informasi Wasit Mustofa di sanksi namun kisaran batasan larangan tidak transparan. Laga Arema FC versus Barito Putra di pekan ke-13 wasit Umarella masih terlihat dan menjadi bagian dari tim wasit dan perangkat pertandingan, pertanyaannya, benarkah wasit Umarella di sanksi/hukum?
2. Teknologi Video Assistant Gratis (VAR)
Sebelum kepada penggunaan teknologi ini, Akmal Marhali dari Save Our Soccer (SOS) beranggapan “Kompetisi Asal Jalan” di sebuah komentar di sosial media. Hal itu diawali dari temuan salah jersey kiper PSIS Semarang saat lawan Persipura Jayapura. Salah jersey itu diatur dalam regulasi, namun sejauh ini belum ada sanksi dari kesalahan tersebut.

Kembali ke VAR
Persebaya dan Persib adalah ‘korban’ dari keputusan wasit yang tidak berkomunikasi dengan wasit garis dan perangkat pertandingan lainnya. Seiring tekanan pengadaan VAR, PSSI menggembleng puluhan wasit yang memimpin Liga 1, namun sayang tetap saja kejadian kontroversi semakin banyak.
3. Berantas Mafia Bola
Pada fase ini tidak sedikit pemerhati dan pengamat sepak bola membahas sepak terjang ‘setan gundul’ yang merongrong sepak bola nasional. Najwa Shihab misalnya, pembawa acara kondang ini pernah menggelar dialog di sebuah program “PSSI Bisa Apa” yang berjilid-jilid. Dari sana perbaikan sepak bola gayung bersambut, antara PSSI, Kepolisian, dan Kementerian Pemuda dan Olah raga.
Satgas Anti Mafia Bola terbentuk di bawah pimpinan Brigjen Hendro Pandowo. Sayangnya, akibat pandemi kompetisi Musim 2020 terhenti pada 3 Maret 2020, dan pada Agustus 2020 Satgas tersebut telah dibubarkan. Peran dari Satgas bentukan Polri ini berhasil menangkap beberapa mafia bola tanah air.
Aji Santoso dalam Post Match Press Conference saat Persebaya melawan Persela Lamongan, pelatih asal Kepanjen itu sempat mempertanyakan fungsi dari orang-orang yang memakai rompi bertuliskan “SATGAS ANTI MAFIA BOLA”. Hal ini tentu memantik segala komponen Liga 1 untuk kembali evaluasi. Ternyata, mantan Kepala Satgas Anti Mafia Bola Brigjen Hendro Pandowo menyatakan bahwa satgas tersebut telah bubar setahun lalu.
Ajakan Andi Peci bagi supporter klub lain untuk bersama dalam barisan aksi, adalah langkah bijak untuk bersama memberi dorongan kepada PSSI agar lebih baik. PSSI harus merespons aksi ini dengan komprehensif dan serius. Bonek akan hadir ke Jakarta jika segala tuntutan tersebut diatas di abaikan oleh PSSI.
Sepak bola nasional harus menjadi taggug jawab bersama seluruh masyarakat sepak bola. Berbenahlah PSSI. Sampai kapan sepak bola tanah air disajikan seperti ini. Kita butuh sajian prestasi dan perbaikan sepak bola nasional yang dibangun dari kesadaran federasi.
Penulis : tonirupilu
PS : Tulisan ini hanya opini dan bukan sebagai berita. Segala sumber di dapat dari media sosial seperti Andi Peci dan Akmal Marhali dan beberapa sumber dari akun-akun Bonek dan Media Bonek.