Gresik, greenforce.co.id – Persebaya sepertinya masih memiliki persoalan finishing lini serang mereka. Gol semata wayang di laga kontra Persik Kediri diceploskan bek kanan Arief Catur.
Bermain di stadion Joko Samudro, Gresik, Jumat (7/11/2025) Bajul Ijo hanya meraih satu poin. Berstatus tamu di laga sesama Jawa Timur itu, Persebaya kesusahan menembus lini belakang Persik.
Arief Catur, alumni binaan klub internal Persebaya itu memanfaatkan bola muntah hasil penetrasi Gali Frietas. Jebolan klub Anak Bangsa itu memaksa Leonardo Navachio memungut bola dari gawangnya di menit 54′.
Terus menekan, Persebaya justru diganjar gol balasan tuan rumah melalui Jose Rodriguez yang tak terkawal menanduk bola menit ke 63′. Skor akhir 1-1, Persebaya tertahan di posisi ke-9 dengan poin 15.
Pertandingan berjalan ketat. Persebaya lagi-lagi harus bermain dengan 10 pemain setelah Fransisco Rivera diusir wasit Nendi Rohendi menit ke 76′. Rivera di kartu merah karena kedapatan rekaman ulang VAR melakukan sikutan pada pemain Persik Kediri.
Di musim ini, Persebaya dalam 10 pertandingan mengoleksi 4 kartu merah. Ini tentu bukan catatan apik klub kebanggaan Bonek dan bonita itu.
Kepemimpinan wasit dan VAR mendapatkan kritik dari pelatih kepala Persebaya. Pelatih asal Spanyol itu menyebut keputusan yang dihasilkan dari VAR merugikan timnya saat ditahan imbang Persik Kediri dengan skor 1-1.
Pertandingan pekan ke-12 dan pekan pekan ke-11 bagi Persebaya, Persebaya tidak diperkuat kiper Timnas Ernando Ari.
Lanjut Edo soal VAR, sejumlah keputusan hasil tinjauan VAR terlalu sensitif atas kontak fisik yang terjadi di lapangan. Menurutnya, situasi normal justru tampak sebagai pelanggaran ketika dilihat dalam tayangan gerak lambat keluhnya.
“Saya rasa musim ini VAR belum adil terhadap kami,” ujar Eduardo dalam konferensi pers selepas laga.
Kata lain dari keluhan Eduardo, Persebaya kerap tidak diuntungkan oleh keputusan VAR. Ia mengatakan tayangan lambat kerap membuat insiden kecil tampak seperti pelanggaran berat. “Dalam sepak bola selalu ada kontak, tapi kalau dilihat dalam gerak lambat, seolah jadi pelanggaran besar,” tambahnya.
Kendati demikian, ini bukan sebagai salah-salahan wasit menurut Edu. Eduardo menilai kritiknya bukan untuk menyalahkan wasit, melainkan mengenai penerapan VAR yang menurutnya terlalu sensitif.
“Saya tidak ingin membahas wasit hari ini, tapi VAR terlalu sensitif terhadap kontak kecil,” tegasnya.
Eduardo mengapresiasi anak asuhnya yang telah bermain spartan. Dia mengatakan bahwa sejak menit awal Bruno dkk bermain dengan baik.
TERIAKAN EDU OUT
Hampir di sepanjang babak pertama, di tribun lantang terdengar teriakan “Edu Out” yang menggema. Pelatih asal Spanyol itu menanggapi suara suporter yang memintanya mundur. “Saya menghormati semua pendapat. Sekarang saya lebih kuat dari sebelumnya,” kata Eduardo.
Pekan selanjutnya, Persebaya akan menghadapi rival mereka Arema FC di Surabaya. Dengan permainan seperti itu, tak ayal suporter Persebaya Bonek mulai memberi peringatan pada dirinya dan tim.
Meski begitu, Eduardo menegaskan tim akan segera mengalihkan fokus ke pertandingan berikutnya. Kata Edu, bermain di kandang menjadi momentum kebangkitan timnya dan membangkitkan kepercayaan diri.
“Kami akan bekerja keras dan menyiapkan tim untuk meraih tiga poin di pertandingan berikutnya,” ujarnya.
Lain hal dengan Gali Freitas, pemain asal Timor Leste ini menilai duel dengan Persik berlangsung ketat. Ia menegaskan seluruh pemain telah berjuang mempertahankan keunggulan sebelum kebobolan.
“Pertandingan hari ini sangat menarik bagi kami. Kami tahu Persik punya potensi besar, tapi kami tetap fokus pada tim sendiri,” ucap Gali.
____________
greenforce.co.id
tonirupilu/pre
yans.loss27/pho





