Si Kurus. Mantan pemain Persebaya yang sekaligus membawa Bajul Ijo juara di tahun 2004 silam, pelatih yang banyak malang melintang di sepak bola nasional ini kita jumpai di bench Como 1907 di Series A Italia. Seorang putra Indonesia yang bersinar di kompetisi negeri pizza yang pernah membawa Persebaya juara, dan kini membawa Como 1907 promosi kali kedua setelah mencicipi Series A di tahun 1949, kini campur tangan assisten pelatih asal Indonesia turut dalam membawa klub kebanggaan publik Como berkiprah di Series A. [Foto Kurniawan dari Oscar Baadila/EJ]

Como, greenforce.co.id – Promosinya klub seri B Italia Como 1907 tidak terlepas dari campur tangan pelatih asal Indonesia, Kurniawan Dwi Julianto. Legenda timnas yang sekaligus mantan pemain Persebaya ini menceritakan proses Como 1907 hingga promosi ke Seri A Italia.

 

Kurniawan Dwi Yulianto pernah berseragam Persebaya di musim 2003-2004 dan ikut membawa Persebaya juara saat itu. “Si Kurus” ini selama di Bajul ijo tampil sebanyak 28 laga dan mencetak gol sebanyak 14 bagi tim berjuluk green force itu.

 

Kini, pemain yang dua kali menimba ilmu di negeri pizza itu menjadi bagian penting promosinya tim yang bermarkas di kota Como, Lombardia, Italia.

 

Kurniawan D.J pebola kelahiran Magelang, Jawa tengah, 13 Juli 1976. Di tahun 1993 mantan pemain berusia 47 tahun itu tergabung bersama PSSI Primavera, setahun kemudian ayah dua anak ini tergabung dalam Sampdoria Primavera.

 

Kurniawan malang melintang di sepak bola nasional. Tercatat 12 klub tanah air pernah menggunakan jasanya. PSM Makassar, PSPS Pekanbaru (saat ini menjadi PSPS Riau), Persebaya, Persija, PSS Sleman, Persitara Jakarta Utara, Persisam Samarinda, Persela Lamongan, Tangerang Wolves (LPI), Pro Duta (LPI), dan terakhir Persipon Pontianak.

 

2005-2006 setelah membawa Persebaya juara, Kurus geser ke Persija dan kemudian ke Serawak FC. Di negeri Jiran Kurniawan melanjutkan karir bukan lagi sebagai pemain dan melatih Sabah yang pernah beruji tanding bersama Persebaya di musim 2020 sebelum pandemi.

 

Sepak bola Eropa telah menjadi tempat yang familiar baginya. FC Luzern, Swiss tercatat pernah menggunakan jasanya di tahun 1994-1995 dengan tampil sebanyak 12 laga dan membukukan gol sebanyak 3.

 

Belum selesai, Kurniawan kembali mencatatkan prestasi di luar negeri. Meski bukan sebagai pemain, Como 1907 akan mencatatkan namanya sebagai insan yang membawa kembali ke Serie A, dimana Como sebelumnya pernah merasakan atmosfer liga tersebut di tahun 1949.

 

Kurniawan menuturkan banyak hal tentang bagaimana tata kelola sepak bola di Como. Pertama, solidnya kedalaman tim, kedua metodologi dan filosofi dari Fabregas, dukungan penuh dari managemen, dan terakhir pembelian dan pemilihan pemain di jendela transfer paruh musim yang tepat.

 

Tak hanya itu, Kurniawan mengatakan bahwa pengelolaan sepak bola di Como berbasis pembinaan yang sangat baik. “Disini kompetisi U-8 sampai U-19 dilakukan secara reguler dengan kompetisi penuh, hingga jam terbang pemain sangat terasa” katanya.

 

Kompetisi pembinaan di Como pemain yang bermain di level usia U-8 sampai U-19 bisa juga bermain di kelompok usia diatas mereka. Di level U-19 jika kemampuan pemain lebih maka pemain dapat langsung bermain di level senior. Hal tersebut menambah motivasi dan ras kompetitif yang sehat terang Kurniawan.

 

Dalam pembinaan tersebut, U-8 sampai U-19 tidak mendapatkan gaji, kecuali ada kontrak oleh tim senior. Atas dasar itu semua pebola di Como sangat fokus dengan passion mereka sambungnya.

 

“Mereka akan dapat kontrak profesional saat di usia U-19, itu tidak semua, tergantung kemampuan mereka” imbuhnya.

 

Dijelaskan Kurniawan mindset dan mentalitas pembinaan di Como sangat baik. Parah pemain berorientasi menjadi pebola profesional sangat tinggi. “Itu tertanam mulai mereka U-8 sampai U-19, mereka benar-benar fokus dengan sepak bola untuk profesional” kata Kurniawan.

 

“Mereka sadar kalau perjuangan mereka dari U-8 sampai U-19 gak boleh sia-sia” seperti dikutip dari wawancara EJ via dm’s bersama si kurus. “Mereka selalu ingin jadi yang terbaik di setiap latihan” sambungnya.

 

Pola ini yang menjadikan Como 1907 memetik hasil dari sistem pembinaan yang mereka tanam. Kini, kita akan melihat serie A di bench Como ada seorang putra bangsa Indonesia menjadi assisten pelatih klub yang di miliki oleh orang kaya yang juga berasal dari Indonesia.

Di bench Como 1907 akan tampak seorang pemain yang pernah membawa Persebaya juara dan menjadi orang Indonesia yang berada di serie A negeri spagethi itu.
(tr)

_____________
greenforce.co.id
tonirupilu/jurnalis
yans.loss27/photographer