By : Inanta Indra Pradana
Jika kita perhatikan LIga 2 musim lalu, ada sebuah statistik menarik dari tim kebanggaan arek – arek Suroboyo. Pencetak gol terbanyak tim adalah Misbakhus Solikin yang notabene adalah seorang gelandang. Pada awal musim pos striker diperebutkan oleh Rishadi Fauzi, Yogi Novrian dan Rachmat Affandi. Nama terakhir kemudian dicoret saat kompetisi belum dimulai meski sebenarnya cukup tajam pada masa persiapan. Strategi yang diterapkan oleh Iwan Setiawan dan Alfredo Vera sama – sama mengandalkan seorang lone striker di depan.
Pada pertengahan kompetisi Riky Kayame dihadirkan untuk menambah daya gedor tim, keberadaannya dianggap dapat menjadi pemberi variasi bagi serangan Persebaya karena tipenya yang sangat berbeda dengan Rishadi maupun Yogi. Rishadi adalah seorang Target Man atau Center Forward, Yogi bertipe Second Striker sementara Riky Kayame dapat dengan baik memainkan peran sebagai Striker murni dengan pegerakan dan kecepatannya. Dengan berbagai macam variasi striker seharusnya mereka bisa mencetak gol lebih banyak dari gelandang, namun yang terjadi di beberapa pertandingan mereka seperti buntu dan tidak mampu menyelesaikan peluang dengan baik.
Memasuki Liga 1, nama Rishadi dan Riky masih menghiasi skuad Persebaya, sementara Yogi dilepaskan dengan status pinjaman. Menghadapi kompetisi yang jauh lebih ketat mengandalkan 2 penyerang saja tentu akan memberikan masalah bagi tim. Bukan hanya sekedar masalah jika mereka cedera tapi juga problem kualitas lawan, jika menghadapi bek lokal saja mereka kesulitan (minim) mencetak gol bagaimana jika berhadapan dengan bek – bek semacam Victor Igbonefo, Vladimir Vujovic, Demerson, Fabiano Beltrame, Petar Planic, Bojan Malisic?
Mungkin saja strategi yang nantinya diterapkan Coach Angel dan asistennya memang memungkinkan siapapun mencetak gol sehingga tidak tergantung pada keberadaan striker. Tapi jika melihat bagaimana frustasinya dia saat penyerang – penyerangnya gagal mencetak gol maka kebutuhan akan keberadaan striker (asing) berkualitas adalah mutlak.
Sejak bergulirnya isu transfer, Persebaya disebut – sebut akan merekrut pemain dari klub yang berlaga di Segunda Division Liga Argentina. Tapi hingga detik ini kepastian kedatangan mereka pun masih belum jelas, bahkan ada indikasi pemain – pemain tersebut gagal merapat ke Surabaya. Secercah harapan sempat muncul, di tengah ramainya pemberitaan kedatangan pemain seperti Julien Faubert dan Danny Guthrie yang sarat pengalaman di Eropa, manajer Persebaya mengungkapkan bahwa ada tawaran untuk merekrut eks pemain Liverpool FC dan PSG, David N’Gog.
Secara statistik memang dia tidak terlalu mentereng, jumlah golnya tidak cukup banyak selama bermain di Premier League ataupun Ligue 1. Pemain berusia 29 tahun berkewarganegaraan Prancis yang memiliki darah Kamerun ini terakhir memperkuat Panionios Di Liga Yunani. Namun jika berkaca pada level sepakbola Indonesia saat ini tidak akan susah rasanya bagi N’Gog untuk mencetak banyak gol, pengalamannya bermain di kompetisi yang sangat ketat di Eropa tentu akan sangat banyak membantunya. Setidaknya dengan reputasinya dia akan mampu memberi ancaman tersendiri yang dapat memecah konsentrasi pertahanan lawan sehingga pemain – pemain seperti Misbakhus, Rendi Irwan, irfan Jaya, Osvaldo Haay, Ferdi Pahabol dapat menusuk masuk ke area penalti dan mencetak gol.
Terlepas jadi atau tidaknya kehadiran David N’Gog, Persebaya memang membutuhkan seorang striker, seorang pemain asing dengan reputasi yang mampu mengatrol tim tidak hanya dari sisi permainan namun juga dari sisi pemasaran. Lihat bagaimana Persib bisa mengoptimalkan kehadiran Michael Essien untuk strategi branding dan marketing mereka. Naif rasanya mengharapkan kedatangan pemain dengan reputasi besar seperti Zlatan Ibrahimovic misalnya, tapi jika dibandingkan dengan Dutra dan pemain asal Argentina yang belum ketahuan juntrungannya, David N’Gog adalah sebuah pilihan realistis yang bisa dicoba.