Surakarta, greenforce.co.id – Mengawali putaran kedua lanjutan kompetisi BRI Liga 1 musim 2024/2025, Persebaya takluk oleh kekuatan PS Sleman, 3-1 (3-0), di stadion Manahan, Solo, Sabtu (11/1/25).
Menjadi kekalahan ketiga tim berjuluk Bajul Ijo dari 18 laga yang dijalani tim kebanggaan Bonek dan Bonita ini.
Persebaya datang dengan memboyong 25 pemain mereka ke kota Bengawan, dengan optimisme meraup poin penuh di kota kelahiran Wapres Gibran itu.
Gol cepat dan petaka kekalahan itu tiba 5 menit dari saat wasit Gedion Dapahareng meniup peluit kick-off. Gustavo Henrique Barbosa Freire memanfaatkan kesalahan clearance Slavko yang membuat kiper Ernando Ari mati langkah.
Persebaya bereaksi melalui placing Bruno Moriera 5 menit sejak gol Gustavo, sayangnya gol tersebut dianulir melalui cek Video Assistant Refree (VAR), karena terjadi pelanggaran yang dilakukan Flavio pada Cleberson.
Mental pemain Persebaya shock dengan anulir tersebut, layangan protes dilakukan official Persebaya di bench, mereka menganggap kajian VAR melihat pelanggaran Flavio, namun tak melihat sebelumnya Tony Firmansyah yang dilanggar terlebih dahulu di kotak penalti.
Dalam kepanikan tersebut, Cleberson Da Zouza menambah keunggulan PS Sleman melalui sundulan di menit 17′ yang lagi-lagi membuat Ernando mati langkah.
Babak pertama Persebaya tertekan melalui serangan efektif Elang Jawa itu. Nicalao Manuel Dumitri Cardosa memperlebar jarak di injury time babak pertama di menit 45+2. Skor 3-0 bertahan hingga istirahat turun minum.
KINERJA WASIT JADI SOROTAN
Kondisi kinerja wasit menjadi sorotan Paul Munster. Pelatih asal Irlandia itu diganjar kartu kuning karena terus melakukan protes berlebih pada wasit di menit ke 29′, karena keputusan VAR yang menggagalkan gol Bruno.
“2025 masalahnya sama. Laga ini seperti sirkus. Tidak hanya untuk tim saya, tapi pelatih lainnya juga mengalami. Mereka bicara juga. Wasit nya dari Liga 3, VAR nya Liga 4. Jadi, ini sepenuhnya sirkus, memalukan” kata Munster di post match press conference.
Munster mengatakan bahwa gol Cleberson dalam posisi offside. “Gol kedua dari PSS benar-benar offside berdasarkan video tadi. Gol kami pertama tadi (yang dianulir), Flavio sempat memenangkan bola, Bruno mencetak gol. Wasit lalu mengecek VAR, lalu memutuskan bukan gol untuk kami” terang Munster.
“Banyak keputusan yang memalukan dari wasit. Pada akhirnya kami tadi melakukan protes keras kepada wasit. Wasit nya sama dengan saat lawan Madura United. Buruk sekali. Jadi, sepak bola Indonesia sungguh menyedihkan” lanjut Munster.
Situasi ini mendorong Munster ingin berjumpa ketua umum PSSI Erick Thohir. Munster berharap PSSI mau mendengar keluhan pelatih-pelatih seperti keterangannya sebelumnya, yang mengeluhkan kinerja wasit.
“Ini sudah 2025, masih sama saja. Saya harap PSSI mau mendengar, saya ingin Erick Thohir bisa bertemu”. harap Munster.
Munster mengatakan bahwa liga Indonesia mengalami penurunan. “Saya ingin berbicara dengannya (Erick Thohir), bahwa Liga ini menurun, levelnya menurun, pemain kedua tim sama-sama frustasi. Levelnya jauh dari layak, standar kepemimpinan wasit dan VAR sangat lucu” kata Munster dengan nada kecewa.
“Sepenuhnya Skandal kalau dilihat. Saya selalu berkata hal yang sama. Tidak ada yang berbuah. Inilah sepak bola Indonesia, sedihnya, bahwa negeri ini sebenarnya memiliki suporter besar dan negaranya besar, tapi sepak bolanya telah mati. Saya kira Persib dan Persija yang bakal jadi juara” sambung Munster.
DEBUT TUMBAS DAN DIME
Persebaya sebenarnya bisa merubah keadaan jika gol Dejan Tumbas tidak dianulir. Tumbas dimasukan di babak kedua menggantikan Toni Firmansyah.
“Dia bagus. adaptasi nya bagus. Dia baru saja datang saat diturunkan di babak kedua. Dejan punya kesempatan mencetak gol tadi, jelas tadi offside. Tapi saya senang gaya mainnya. Lalu saya sendiri harus fokus lawan Malut” lanjut Munster.
“Saya memahami betapa frustasinya, kemarahan karena laga ini. Wasit membuat kami kalah di sini, yang membuat kami harus menyia-nyiakan uang, waktu, hingga sewa hotel demi laga ini, karena semua sudah tahu siapa yang menang” kecam Munster.
Kekecewaan Munster terlihat saat dia meminta Toni Firmansyah tidak berbicara saat Media Officer PS Sleman menanyakan komentarnya di press conference. “Toni, tidak ada yang perlu dijawab” kata Munster.
MERASA DI KALAHKAN WASIT
“Dengar ini, saya sudah tahu sejak babak pertama bahwa PSS bakal memenangkan laga ini. Tidak ada yang baru. Semua sudah tahu bahwa pertandingan sudah berakhir” ungkap Munster.
“Lihat saja keputusan di babak pertama, pertandingan sudah berakhir, wasit sudah tersenyum saat saya bicara dengannya. Asisten wasit juga sudah tahu, dia mungkin bingung apapun. Wasit keempat mungkin tidak tahu apa-apa pekerjaan sesungguhnya” keluhnya.
“Saya sudah tahu, tetapi kami tetap bertarung dan mendapatkan gol pertama di babak kedua. Kami terus maju untuk mengejar. Namun, banyak waktu yang terbuang, aksi ulur-ulur waktu, hingga pelanggaran. Wasit tidak memiliki kontrol atas laga ini, shit, sama saja. 2025 sama saja” marah Munster.
“Selalu bicara hal yang sama. Bagaimana kalau begitu cara kita bisa juara? lalu sudah berapa tahun Persebaya tidak juara? 20 tahun lalu kah. Sangat sulit. Bahkan untuk menjadi penantang juara. Karena laga ini sudah ditentukan pemenangnya” geram Munster.
“Pertanyaan besar untuk PSSI, kenapa wasit dari Liga 2? apakah benar Liga 2? kok bisa memimpin di Liga 1?” sambungnya.
“Yang memalukan adalah bahwa mereka (wasit) bisa pulang, bawa pulang uang, lalu tenang. Saya bisa bicara wasit dan VAR soal situasi ini, seperti biasa ini. Apa guna bicara di sosial media juga, karena sama saja ujungnya” tutup Munster.
_____________
greenforce.co.id
tonirupilu/pre
yans.loss27/pho