Surabaya, GreenForce– Kekayaan Bonek semakin mewah dengan banyak figur di dalamnya dalam latar belakang yang ada. Persebaya sebagai tim besar pasti berbangga dengan ragam pendukungnya yang penuh warna-warni ini.
Adalah Tri Cahyo Putranto, seorang guru di sekolah swasta terkenal IPIEMS. Pak Cahyo mengampu mata pelajaran Bahasa Indonesia di SMU dan SMK sekolah di bilangan Menur Surabaya tersebut.
Sebagai guru, pak cahyo adalah cerminan “Oemar Bakri” modern, yang dekat dengan seluruh murid dan alumni nya. Pak cahyo sampai sekarang masih terlibat aktif bersama mantan-mantan murid nya yang aktif di dunia supporter Persebaya.
Pak cahyo menggemari Persebaya sejak kelas 3 SD. Kecintaannya pada Persebaya mengiringi pertumbuhan sebagai cahyo remaja yang selalu tak melewatkan melihat Persebaya di Gelora 10 November.
“Saya waktu SMA pernah ke Jakarta sendirian untuk melihat Persebaya di Piala Bang Yos, situasi saat itu begitu mencekam, kemudian sejak dualisme saya gantung syal, dan setelah Persebaya diakui PSSI mengarungi Piala Dirgantara pada 2017, saya kembali mbonek, padahal waktu itu saya sedang bertugas menjaga ujian sekolah, beruntung kawan-kawan guru lainnya membantu saya, saya ke Sleman setelahnya saya kembali untuk menjaga ujian saat itu” cerita guru pemegang Magister Bahasa Indonesia ini.
Menjadi bonek dengan profesi sebagai guru, pak cahyo terus menjaga profesi. Pak cahyo mampu menerapkan antara kelas dan stadion, beliau menerapkan itu kepada murid-muridnya agar tetap menjaga sikap sebagai supporter. Menjawab adakah tantangan menjadi guru di luar kelas pada anak-anak muda yang meledak-ledak dalam memberikan dukungan untuk Persebaya,
“Sebenarnya tidak ada tantangannya, karena aku dulu juga pernah seperti mereka ya estafet, ya nggembel juga lah istilahnya demi menonton kebanggaan. Tetapi, sekarang sudah menjadi kewajibanku untuk mengedukasi dan merangkul mereka karena terkadang tidak sengaja kalau berjumpa di luar kota dengan murid atau mantan murid yang akhirnya terpaksa memanggil mereka untuk berkumpul sampai bertanya sudah izin ke orang tua? Ya akhirnya mau tidak mau ya terpaksa aku yang menelepon orang tuanya, banyak sih yang seperti itu hehehe. Ya intinya selalu menekankan jaga diri baik-baik dan jaga nama Persebaya.” Sambung guru asli Surabaya ini.
Sekolah IPIEMS diketahui banyak bonek dan bonita disana. Kepala sekolah sangat mendukung apa yang dilakukan guru-guru yang dekat bersama murid dan alumni, hal ini agar siswa tetap terjaga dan terpantau dalam pengawasan, dan pak cahyo dibebani tanggung jawab itu secara tidak langsung.
Ditanya soal tanggapan rekan kerja di sekolah, “Sampai saat ini pandangannya sangat baik bahkan mereka semua yang tidak tahu menahu mengenai sepak bola bahkan Persebaya ya aku kenalkan atau aku ajak ke GBT lah minimal hehehe Memersebayakan Persebaya di sekolah” imbuh ayah dua anak ini.
Pak cahyo dalam tanggung jawab sebagai guru yang memiliki banyak siswa yang bonek, beliau kerap menyampaikan pandangan dan edukasi bagi murid-muridnya.
“Kalau aku sih membangun paradigma bonek ke siswa-siswa ya sangat simple yakni jadilah bonek semampunya, prioritaskan mana yang lebih penting contoh kalau sekolah ya sekolah dulu, karena banyak sekali siswa yang mengeyampingkan sekolah dengan Persebaya, pokoknya Persebaya nomor satu nah ini yang kadang kala agak susah kalau sudah masuk stigma seperti itu. Makanya kadang kala aku sering mengajak mereka hanya sekadar ngobrol, cangkruk membahas prioritas utama itu seperti apa” ungkap alumni UNESA ini.
Pak cahyo juga memiliki pandangan dalam rangka membangun kanal intelektual di kalangan bonek. Sebab, sebagai klub besar seperti Persebaya memang harus memiliki kana-kanal tersebut.
“Kanal intelektual atau komunitas intelektual untuk bonek saya kira sangat perlu sekali, karena Persebaya kan universal jadinya yang jadi pendukung Persebaya ini tentunya juga bukan dari warga Surabaya saja, tentunya se-Indonesia bahkan segala penjuru dunia juga ada. Maka dari itu dengan kanal intelektual sendiri perlu untuk mengedukasi beberapa bonek yang tentunya masih awam dan hanya berbekal Bondo dan Nekat, padahal kalau kita mengedukasi dengan baik maka Bonek akan memiliki arti yang berbeda dan lebih atraktif dalam mendukung Persebaya tanpa mengenyampingkan ego masing-masing. Suatu contoh bagaimana mendukung secara benar dan benar-benar memahami makna pertandingan sebenarnya, bahwa Menang, Kalah, Seri itu hal yang lumrah dalam sebuah pertandingan.” Kata pria kelahiran 1984 dengan gamblang.
Tidak hanya mudah di temui di stadion Gelora Bung Tomo guru yang ramah ini. Dalam beberapa awaydays, pak cahyo beberapa match away pun tak ketinggalan, padahal away tersebut sering di hari-hari efektif.
“Mudah saja, kalau membagi antara kerja dan match. Nah, kebetulan saat pertandingan kan mainnya selalu sore, Nah saat itu lah bisa menonton pertandingan. Kecuali, kalau luar kota baru harus benar-benar memutar otak untuk mengaturnya. Tapi insyaallah bisa diatur hehehe. Di sekolah tidak ada istilah cuti hehehe, semuanya pakai izin ke bapak kepala sekolah. Kalau away luar pulau lumayan sih, ada Bali, Balikpapan, Banjarmasin, paling jauh Makasar, tapi itu semua berkat murid dan teman yang memberangkatkan away, kalau tanpa mereka semua ya Bonek semampunya hehehe”
Pak cahyo juga menanggapi soal sengketa Mess Persebaya Karanggayam, untuk soal ini, setiap bonek pasti memiliki pandangan sendiri
“Masalah Mess Karanggayam antara pihak Pemkot dengan Persebaya sendiri aku kira sudah sebaiknya Pemkot mengalah dan melepaskan saja karena aku kira juga percuma kalau Pemkot menang pun tidak ada untungnya. Secara Mess karanggayam itu merupakan cikal bakal bibit-bibit pemain yang ditempa di sana, ya istilahnya kawasan candradimuka lah sebelum menjadi pemain professional. Aku tidak habis pikir kenapa sampai Pemkot melayangkan kasasi terus yang dicari itu lho apa? Kan kasihan adik-adik kita yang ingin bermain sepak bola di karanggayam.”
Luar biasa pak cahyo! Menjadi pendidik tentu dapat dikembangkan di mana saja dan kepada siapa saja. Sebagai guru yang memiliki banyak alumni, pak cahyo banyak dikenal oleh tokoh-tokoh supporter karena sebagian dari mereka mempunyai kerabat, anak, istri, dan saudara yang menjadi mantan murid guru yang berdomisili di kampung malang Surabaya ini.
Menutup pembicaraan bersama greenforce.co.id, pak cahyo memiliki optimisme kemampuan Persebaya jika musim kompetisi 2021 ini porsi pemain lokal ditambah, “Kalau regulasinya pemain lokal ditambah, aku kira tidak ada masalah, karena pemain-pemain muda Persebaya sangat bagus dan banyak, insyaallah pasti bisa bersaing lah.” Masih kata pak guru.
Ada pesan pak guru untuk semua saudara-saudara bonek dan bonita “Kata kunciku selalu “Bonek Semampunya”, karena dengan jargon seperti itu memiliki makna yang sangat luas bagiku” tutup pak cahyo dengan hangat. (tr)