Oleh : Redaksi
Barangkali kakinya gatal, giginya gemeratak, hatinya berdegup kencang saat melihat peluang demi peluang tak jua membuat bola menghujam ke dalam gawang. Teriakan – teriakan di sekitar turut membuatnya makin tak tenang, adrenalinnya terpompa tajam, urat – uratnya mengeras, dia tahu dia seharusnya bisa melakukan sesuatu, jika saja ini seperti di dalam drama TV barangkali dia akan segera turun ke ruang ganti pemain, menyapa Mat Drai dan mencari kostum untuk dipakai, masuk ke lapangan dan berkata pada pelatih “Lebokno aku, aku siap” Tak semua Bonek memiliki privilege seperti itu, bisa menjadi bagian langsung dari tim yang sedang berlaga di lapangan. Dia adalah salah satu anomali, terlahir dengan bakat alami bersepakbola dan tumbuh menjadi seorang bonek. Namanya Andik Vermansah. Jika banyak bonek hanya bisa maido ataupun berteriak kecewa melihat penampilan tim, dia memiliki peluang untuk mengubah pertandingan langsung di atas lapangan.
Bagi banyak Bonek, Andik mungkin seperti seorang legenda. Kembalinya dia ke dalam tim Persebaya diharapkan oleh banyak orang dan oleh dirinya sendiri. Semua tentu masih ingat bagaimana drama perkekrutan pemain pada awal musim kompetisi Liga 1 2018, keruwetan yang berujung gagal kembalinya pemain yang sempat dijuluki Messi-nya Indonesia.
Sejatinya kembalinya Andik ke Persebaya bukan semata hanya karena dia pemain yang berkualitas, semua orang sudah tahu bagaimana kemampuan Andik yang sudah semakin dewasa dalam mengolah bola. Bukan pula karena labelnya sebagai Pemain Tim Nasional, Bonek ingin Andik kembali ke Persebaya, karena bagi Bonek Andik adalah bagian dari mereka. Tak ada sekat, tak ada pagar pembatas pemain-suporter diantaranya karena Andik memang bisa menjadi keduanya. Ya Bonek, Ya Pemain Persebaya.
Loyalitas Andik tidak perlu dipertanyakan, bahkan saat Persebaya dibekukan dia tidak memilih membela tim lain di Indonesia, dia memilih hijrah ke negara tetangga untuk berlaga di Liga Malaysia bersama Selangor FA. Tak seperti beberapa rekannya yang bahkan sempat ikut seleksi dengan tim yang dengan seenak udel mencatut nama Persebaya. Pun tawaran dari tim – tim besar di Indonesia tak juga diterimanya, dia lebih memilih terus bermain di Malaysia kendati tawaran besar datang dari beberapa tim besar Indonesia. Sebuah loyalitas yang membuat Andik mendapat tempat tersendiri di hati Bonek.
Kini drama serupa awal musim lalu seolah bergulir kembali, Andik sudah menegaskan ingin kembali memperkuat tim kebanggan Arek Suroboyo tapi manajemen seolah tak kunjung bergerak untuk melakukan negosiasi dengannya. Sebuah indikasi adanya keengganan untuk merekrutnya pun tersirat dari beberapa pemberitaan tentang statement dari manajemen Persebaya. Yang jadi pertanyaan, benarkah manajemen enggan karena harga Andik yang mahal ataukah ada alasan lain yang kita tidak ketahui bersama?
Terlepas kompetisi yang memang masih akan libur panjang, ada baiknya manajemen segera bergerak, setidaknya menawari pra-kontrak, karena jika ingin meraih hasil maksimal musim depan maka manajemen sebaiknya merekrut pemain yang mampu merubah permainan secara signifikan dan Andik adalah satu dari sedikit pemain yang bisa melakukan itu di Indonesia. Tabik.